May 03, 2014

kelas inspirasi: ketika mendapat lebih dari yang diberi


Siang yang terik di tengah cuaca bulan April kota Jakarta. Peluh mengalir dari kepala membasahi pipi dan sekujur wajah. Saya berlari naik turun tangga sambil sesekali menyeka dahi dengan punggung tangan. Sekali dua kali saya mengganti lensa kamera untuk mendapatkan efek berbeda. Adegan secepat kilat itu saya lakoni demi mendokumentasikan sisi-sisi menarik kegiatan puncak dari Kelas Inspirasi di SDN Paseban 03, Jakarta Pusat.

Spanduk berwarna oranye terang sepanjang enam meter diangkat ke atas oleh para siswa gabungan tiga sekolah. Huruf-huruf putih berukuran besar terbaca jelas: Kelas Inspirasi SDN Paseban 01, 02, 03. Kemudian kami semua bernyanyi, bersalaman, berfoto bersama dengan para guru, siswa, staf sekolah, dan sesama relawan.


"Anak-anak ini adalah anak saya semua. Anak kita semua. Masa depan Indonesia. Kalau bukan kita siapa yang bertanggung jawab untuk membimbing mereka agar menjadi manusia yang baik dan berguna?" Bu Nining, sang Kepala Sekolah, mengatakan itu saat kami makan siang bersama sambil merefleksikan kegiatan yang telah dilakukan sejak pagi. Tak disangka beliau meneteskan air mata. "Saya terharu. Saya hampir tidak percaya masih ada segelintir warga di Jakarta ini yang peduli dan mau turun langsung terlibat dalam pendidikan Indonesia. Mau datang ke sini, mengajar anak-anak saya, membagi wawasan yang tidak pernah mereka dengar dari saya dan guru-guru lain di sekolah ini."



~~~

Dua belas hari ke belakang. Aula gedung LIPI menjadi awal perjumpaan dengan kawan-kawan sesama relawan, diawali dengan senam SKJ rame-rame :-p

"Pada bulan September 1945, ribuan rakyat dari seluruh penjuru Indonesia datang berkumpul di lapangan Ikada. Tidak ada yang menyuruh, tidak ada yang membayar. Semua datang dengan sukarela, penuh semangat juang untuk mendengar pidato pertama Bung Karno, massa menjadi satu sebagai saudara sebangsa setanah air. Dan tahukah saudara-saudara? Saya melihat semangat yang sama di ruang ini, hari ini!"

Kata-kata Pak Hikmat Hardono, Direktur Eksekutif Indonesia Mengajar, itu seperti menyihir kami. Saya melihat sekeliling, ruang besar itu penuh sesak tanpa sisa. Hebat! Saya duduk bersila, lesehan diantara seribu lebih relawan dari segala usia, profesi, domisili, suku, ras, agama, pendidikan. Tidak ada perbedaan sama sekali. Tidak ada yang menyuruh, semua hadir dan lebur bersama untuk satu tujuan: menyumbangkan sedikit waktu kami bagi pendidikan di Indonesia.



~~~

Saya bersyukur mendapat 'jatah' berkelompok dengan teman-teman yang punya komitmen tinggi pada Kelas Inspirasi. Walaupun profesi dan jabatan kami bermacam-macam, dua belas hari yang tersisa benar-benar bisa dimanfaatkan maksimal untuk memberi yang terbaik bagi guru dan siswa di SD Paseban 03. Survei ke sekolah jam 6 pagi, mendiskusikan jadual mengajar hingga malam hari, menembus macet sepulang kerja, menawarkan diri untuk membeli ini, mendesain itu, mencetak ini, membawa itu...tanpa ada yang mengeluh dan melempar-lempar tanggung jawab :-) One of the best teamwork I've ever had!

Saya sendiri mendaftar sebagai relawan dokumentator alias fotografer. Alasannya, selama ini saya menggunakan kebisaan memotret yang sekedarnya itu hanya untuk mendukung pekerjaan di kantor sebagai communications coordinator.  Kadang-kadang saja mengirimkan foto-foto perjalanan ke berbagai media dan mendapat honor, atau memotret pernikahan teman-teman dan keluarga dengan fasilitas transport, hotel, dan makan gratis :-D. Saya merasa belum pernah menyumbangkan hasil karya untuk menyebarkan isu penting di Indonesia, dengan sukarela tanpa dibayar. Inilah kesempatan emas untuk memberi.

Kamis, 24 April 2014. Harinya tiba!
Jam enam pagi kami bertemu di Ruang Guru. Saya mulai tugas pagi itu dengan mengambil foto gedung dan lapangan sekolah. Masih sedikit gelap, sehingga langkah-langkah kaki kecil di tangga justru menghasilkan efek slow speed yang menarik. Jam tujuh kurang, seluruh relawan pengajar masuk ke kelas jatah masing-masing.

Sekolah ini hanya memiliki lima ruang kelas sehingga siswa kelas 1 dan 2 harus berbagi waktu, ada yang masuk pagi dan ada yang masuk siang. Di jam pelajaran pertama, saya kebagian mendokumentasikan kelas 1 dengan pengajar Matthew, satu-satunya bule di KI Jakarta 3 ini, yang akan bercerita tentang profesinya sebagai penulis dan backpacker. H e b o h!!! Hyaaa...saya lebih banyak tertawa melihat tingkah anak-anak lucu yang masih kecil-kecil itu. Lebih geli lagi melihat Matt yang tampak kewalahan menghadapi anak-anak yang lincah dan tidak bisa diam di bangku. Akhirnya kelas diwarnai adegan menyanyi dan menari bersama :-) Pelajaran berikutnya saya masuk ke kelas Andry yang sedang berbagi tentang profesinya sebagai produser televisi. Hohooo! Seru sekali properti yang dibawa: replika TV, pemancar, mikrofon terbuat dari karton. Masing-masing anak mendapat peran menjadi pembaca berita, reporter, dan pemancar sinyal hehe...




Seperti layaknya guru asli, saat jam istirahat kami pun berkumpul di ruang guru. Cerita-cerita seru dan lucu dibagikan teman-teman, sambil ngemil wafer coklat superman, cilok, sosis goreng, dan jajanan kantin SD lainnya. Keringat bercucuran entah karena panas yang menyengat atau sisa kegrogian berhadapan dengan murid. Yang jelas, kesimpulannya: Ternyata menjadi guru itu tidak mudah! Apa coba yang akan kita lakukan kalau saat mendongeng tiba-tiba ada yang menangis sambil mukul-mukulin temannya. Atau tiba-tiba naik ke bangku dan melompat-lompat! Atau sedang bercerita tentang reporter TV tiba-tiba mikrofon direbut anak-anak dan mereka bernyanyi-nyanyi keras sambil menari di depan kelas? Hahahaha! Seruuuuu....:-p

Pelajaran berlanjut setelah istirahat sejenak. Saya masuk ke kelas-kelas lain. Memotret Syifa yang berbagi tentang profesinya sebagai tutor, Devi yang bercerita tentang aplikasi di smartphone, Della yang bercerita tentang pekerjaannya sebagai psikolog, Murti yang bercerita tentang profesi di perbankan, dan Mas Denny yang bercerita tentang cita-cita masa kecilnya sebagai guru akhirnya terwujud. Ica, seorang engineer, cukup menyita perhatian murid-murid karena gambar-gambar besar yang dibawanya, selain helm proyek yang dijadikan mainan oleh anak-anak kelas 2 :-D  

"Jangankan mereka Mbak, kami saja seneng banget mendengar cerita-cerita pengajar hari ini," kata Ibu Reny, Guru Kelas 1 yang tampak ikut lebur dengan para relawan yang masuk ke kelas beliau. "Kita kan gak pernah bisa ajak anak-anak ke museum atau tempat bersejarah, karena dana BOS tidak boleh digunakan untuk kegiatan selain belajar mengajar di sekolah. Sedangkan untuk meminta sumbangan ke orang tua gak mungkin, untuk makan sehari-hari saja mereka susah," tambahnya.


Ya, murid-murid di sekolah ini hampir seratus persen berasal dari keluarga tidak mampu, yang tinggal di rumah-rumah petak berukuran kurang dari dua kali dua meter. Tempat tinggal mereka tersebar di sepanjang bantaran sungai dan rel kereta api. Masih bersyukur jika mereka tinggal bersama kedua orang tua, karena kebanyakan hanya tinggal dengan ibu saja, ayah saja, atau malah dititipkan kepada sanak saudara. Tampak jelas mereka kurang mendapat curahan kasih sayang keluarga. "Mereka menganggap sekolah sebagai tempat bermain, karena di rumah tidak bisa bergerak leluasa. Bagaimana bisa belajar dengan baik kalau satu petak rumah ukuran 4 meter persegi dihuni beramai-ramai?" kata Bu Nining.

Kami hanya bisa menghela nafas panjang. Masih jauh perjalanan Indonesia. Jauuuuh sekali.
Tapi semoga kehadiran kami hari itu memberi warna lain bagi munculnya cita-cita mulia anak-anak SDN Paseban 03.

~~~

Di awal pendaftaran relawan, gayanya sih ingin memberi, menyumbangkan kebisaan saya untuk mereka, menjadi inspirasi. Setelah mengikuti rangkaian Kelas Inspirasi sejak briefing hingga hari refleksi, kenyataannya apa yang saya dapatkan jauh lebih banyak daripada yang sudah saya berikan!

Saya mendapat pengalaman baru, mendapat pandangan baru, mendapat keluarga baru, belajar dengan teman-teman baru, mendapat anak-anak baru, mendapat semangat dan optimisme baru! Hormat saya kepada ibu dan alm ayah saya, serta seluruh guru di seantero Indonesia! Tugas Anda tidak mudah.  

...dan sekali lagi saya bersenang hati karena seluruh anggota kelompok 23 setuju dan komit untuk terus melanjutkan hubungan baik dengan SDN Paseban 03, melalui kegiatan JAPRI!! Jalan-jalan mencari Inspirasi. Agenda terdekat adalah mengajak anak-anak berkunjung ke museum. Kapan? Di mana? Tunggu tanggal mainnya!

Liputannya ada di sini




No comments: