di awal mei, menjelang perjalanan ke rinjani, saya baru mulai rajin melatih fisik. latihan steps di gym dua hari sekali, melenturkan tubuh dengan yoga setiap ada waktu kosong, berlari dan berjalan mendaki di treadmil, makin rajin berenang, lari jarak jauh saat car free day dan tentu saja memperbaiki pola makan dengan asupan yang lebih bergizi. seingat saya, hampir setiap hari sepulang kerja, saya selalu ngendon di gym :-p whatta life!
sepulang dari pendakian yang sukses di rinjani, saya kembali malas berlatih :-p apalagi bulan puasa menjelang...wah sudah deh, jadual olahraga mandeg lagi hihihi. dan ya Tuhan mengapa sulit sekali untuk mulai lagi menalikan sepatu dan berlari setelah lebaran usai?
di bulan agustus yang tenang, seorang staf baru di kantor tak sengaja melihat saya membawa bekal baju dan sepatu olahraga. iya, kebetulan hari itu saya sedang sadar dan berencana berlatih. aaaah! ternyata dia sealiran dengan saya. mbak cantik ini senang naik gunung. dia lebih jago! tiga anaknya sudah SD sehingga seringkali bisa ditinggal jalan ke gunung beberapa lama. dia pun menawarkan untuk kapan-kapan ikut berlatih di Gelora Bung Karno, Senayan dengan teman-teman Mapala UI-nya, didampingi coach-nya. saya tidak menolak.
malam itu saya ikut Sarah ke GBK, menemui coach-nya dan melihat teman-temannya berlatih. saat itu mereka sedang berlatih intensif untuk persiapan pendakian ke Everest. sekali mengobrol dengam coach Rahmat, saya langsung mikir: "nah! saya butuh nih pelatih yang seperti ini, yang paham tentang fisiologi tubuh, paham tentang cidera, bisa melatih sesuai kebutuhan kita". Malam itu juga saya langsung nembak coach untuk melatih saya menjelang lari half marathon pertama saya, dua bulan yang akan datang!
hal pertama yang ditanyakan coach pada latihan perdana adalah: berat dan tinggi badan, asupan makanan sehari-hari, PB 10K, dan latihan selain lari yang sudah dilakukan. esok harinya, inbox email saya dipenuhi instruksi-instruksi latihan darinya :-D selain juga informasi tentang dasar-dasar olahraga lari dan penanganan cidera lutut.
sulit. asli suliiiiiit banget untuk mengikuti jadual itu. tetapi berhubung gak mau kalah sebelum bertanding, saya mati-matian menepati sebisanya. sebisa mungkin pulang kantor tepat waktu agar bisa latihan maksimal.
satu-dua kali latihan pertama (baca: penyiksaan) dengan coach, pulang-pulang badan saya seperti abis dipukulin rame-rame. pegelnya ampun...! padahal saya termasuk rutin lari, renang dan yoga. bayangkan kalau gak pernah gerak sama sekali. apa gak langsung ambruk itu badan? tapi itu gak berlangsung lama. di pertemuan berikutnya, otot-otot badan saya sepertinya sudah mulai beradaptasi dengan porsi dan model latihan yang baru ini.
sebulanan menjelang hari H, saya ditugaskan kantor ke Australia selama tiga minggu, yang berarti harus berpisah dari bimbingan langsung coach Rahmat. sebelum berangkat, beliau sudah memberikan jadual dan daftar latihan yang bisa dilakukan di dalam ruangan maupun di luar (harapannya bisa latihan di taman-tamannya saat waktu kosong). juga adaptasi terhadap cuaca di sana yang kabarnya saat itu masih cukup dingin.
seminggu di sydney, saya bisa keluar beberapa kali sore-sore setelah konferensi. berjalan ke hyde park untuk strength and weight training, atau bolak balik lari kecil ke opera house. suhu udara masih cukup bersahabat sekitar 16-19 celsius, walau di malam hari saya hampir gak bisa tidur karena kedinginan walaupun sudah berbaju dan selimut tumpuk-tumpuk.
26 september 2014 |
27 september 2014 |
di melbourne, saya absen! mungkin karena terlalu capek dengan jadual pekerjaan, perbedaan suhu, dan cuaca kota itu yang kadang terik kadang hujan sewaktu-waktu...saya jatuh sakit. latihan berhenti. digantikan dengan banyak makan yang hangat-hangat dan goleran di kamar saat tidak ada jadual kerjaan.
2 oktober 2014 |
H-7...badan mulai saya biasakan dengan makanan tinggi karbohidrat. saya belajar cara melakukan carbo-loading yang benar, tapering yang benar, dan hal-hal kecil yang penting...seperti cara minum yang efektif di water station, seberapa air minum yang boleh masuk tubuh selama lari agar tidak mual dan 'sudukan'. coach Rahmat juga memberikan semangat via wasap atau email untuk mendorong semangat. sempat beberapa kali terlintas bahwa latihan saya belum maksimal, deg-degan serta mules datang menghantui di hari-hari terakhir. ketakutan-ketakutan juga datang silih berganti: gimana kalau gak bisa finish sebelum 4 jam? gimana kalau pingsan di jalan? gimana kalau gak kuat ama terik matahari? gimana kalau kaki kram dan gak bisa nerusin lari? hyiiish dan banyak lagi gimana kalau...gimana kalau yang lain. tapi saya menengok banyak perjalanan sulit, pekerjaan susah, dan pendakian di masa lampau yang berhasil saya lakukan dengan tekad kuat sehingga meneguhkan hati. akhirnya pikiran positif, percaya pada diri sendiri dan Tuhan lebih kuat daripada kekhawatiran negatif.
hari H-nyaaaaa!
saya sengaja buka kamar di hotel dekat monas bersama gusta, teman sepelarian. selain dekat lokasi start, juga mumpung ada promo khusus untuk para peserta jakarta marathon. idenya, setelah selesai lari-lari nanti badan pasti remuk redam. jadi bisa mandi rendeman air anget di bathtub lalu bobo nyaman selimutan di kasur empuk :p. hal yang gak mungkin saya lakukan di kamar kos karena gak ada air anget dan ac sedang rusak hehe...:-p
nah, cerita-cerita tentang penyelenggaraan event-nya sendiri saya skip ya, berhubung sudah banyak yang nulis. ini cerita tentang fase larinya saya sendiri. sejak awal mendaftar dan pada beberapa kali latihan, saya ditemani ibeth - running buddy yang sama-sama menjerumuskan diri di ajang half marathon ini. tapi pada harinya, saya justru tidak bertemu dia di garis start. akhirnya saya ditemani seorang mbak-mbak yang senasib dengan saya terjepit diantara para peserta menuju garis start. ini akibat pintu security yang tiba-tiba dipasang dan harus dilewati ribuan orang! saya sampai harus melihat langit untuk bisa bernafas saking banyaknya orang lebih tinggi dan lebih besar yang menjepit badan saya. hufff! perjuangan pertama.
setelah Indonesia Raya berkumandang dan peserta full marathon mulai berlari, sekumpulan peserta di belakangnya - termasuk saya - segera maju ke depan. tepat jam 05.00 kami mulai meninggalkan monas. gembolan saya yang minimalis siap menemani pelarian selama (mudah-mudahan tidak sampai) 4 jam itu: fuelbelt berisi 2 botol minum, seplastik kecil korma yang terselip di kantong celana, dan sedikit garam.
kilometer pertama hingga kira-kira ke 13, badan saya masih terasa sangat enteng. sesekali masih bisa lari sambil mengobrol dengan mbak yang tadi bertemu di garis start, bersorak-sorai saat pelari-pelari kilat dari Kenya lewat. sekalinya berhenti berlari hanyalah di depan stasiun Jakarta Kota untuk berfoto. kapan lagi bisa lewat daerah kota tanpa ada kendaraan sama sekali? sebelum spot ini, saya bertemu ibeth dan mulai lari berbarengan susul menyusul.
antara km 8-13...masih bisa cengengesan :-p |
nafas dan pikiran saya mulai ajrut-ajrutan begitu melewati daerah kantor pos-katedral-istiqlal. di kilometer 15 yaitu dekat istana negara, matahari mulai meninggi dan udara mulai terasa panas. saya lirik nike sportwatch di pergelangan tangan kiri...dan yak benar, pace lari saya mulai melambat. "haduuuuh...masih 6km lagi!," begitulah setan-setan berseliweran di otak. "berhenti-enggak-berhenti-enggak-berhenti-enggak," terus bersahutan. tapi saya tetap berniat lanjut sampai jam berapapun finish :-p. sesekali korma saya buka untuk menambah tenaga, dan satu botol air yang saya bawa ludes di km ke 16. edyaaaan panasnya ampun!
memasuki kawasan thamrin, makin banyak orang berlalu-lalang di jalur lomba dan kadang menghalangi kami berlari lurus, beberapa kali saya harus berlari zigzag untuk menghindari kerumunan orang yang sedang berjalan kaki menikmati car free day. di situ saya merasa heran...kok tidak steril ya jalurnya? anyway...kesemrawutan pikiran saya makin menjadi-jadi. "haduuuh capek...haduuuh panaas". persis saat menuju puncak rinjani lima bulan sebelumnya. ada keinginan dari tubuh untuk berhenti, tapi dilawan oleh pikiran agar terus maju. "my body is strong enough to finish this" begitu kata saya setiap muncul bahasa tubuh yang meminta berhenti.
tiga kilometer terakhir sungguh rasanya berat sekali. selain akibat panas terik, juga energi yang mulai menipis. padahal tubuh tidak merasa sakit, kram, atau pegal yang berlebihan. berarti sebenarnya baik-baik saja kan? satu kilometer terakhir pun rasanya bagai seribu tahun. lamaaaaaa banget gak sampai-sampai! memasuki kawasan finish di monas pun, masih harus di-php-in ama gerbang :D. mata yang berkerjab-kerjab melihat gerbang balon itu terpaksa harus melotot kejam karena ternyata gerbang finish-nya bukan yang itu! masih ada beberapa puluh meter lagi menuju gerbang ori-nya!
pura-pura bisa senyum di km 19 :-D |
percaya atau tidak, setelahnya...saya masih bisa berjalan menuju sabang untuk makan bersama teman-teman lain. setelah itu masih berjalan menuju hotel untuk beristirahat. dan seteah bangun dari tidur, badan saya sudah segar kembali tanpa terasa pegal yang berarti. esoknya pun...tidak ada sakit kaki, dengkul, paha, dan pinggang. todak ada kram, tidak ada mual-mual, tidak ada pusing.
terima kasih banyak untuk coach Rahmat yang ciamik banget ngajarnya!
proficiat buat teman-teman yang mengikuti jakarta marathon tahun 2015 ini!
i did it! |
medali HM pertama, semoga bukan terakhir |
No comments:
Post a Comment